Bullet Journal Indonesia dan GTD |
GETTING THINGS DONE
Atau disingkat GTD ! Pernah dengar istilah ini.. ? Mungkin untuk para pembaca yang suka dengan buku tentang self development pernah mendengar tentang ini. Saya pun pernah menyebut judul buku ini di postingan saya sebelumnya, disini.
Getting things done adalah metode produktifitas yang dikembangkan oleh David Allen. Metode yang berhubungan dengan mindset dan membantu merubah perspektif kita tentang habit atau rutinitas.
Kali ini saya tidak akan membahas detail tentang bukunya, tapi saya akan membahas relasi GTD dan BULLET JOURNAL saya.
Awal saya memahami tentang GTD, saya pikir hanya tentang brainstorming dan monthly review (yang pernah saya bahas disini).
Awal saya memahami tentang GTD, saya pikir hanya tentang brainstorming dan monthly review (yang pernah saya bahas disini).
Hingga akhirnya saya mencoba membaca bukunya dari awal hingga akhir dan berusaha mengetahui bagaimana sebenernya GTD ini. (FYI : sebelumnya informasi yang saya dapatkan hanya dari summary artikel saja). Dan benar, dengan membaca buku, akan lebih mudah memahami materinya, hihi..
Dalam pelaksanaan GTD pada bullet journal, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.
- Bagaimana kita memproses materinya ?
- Bagaimana memberikan label pada materinya ?
- Bagaimana melaksanakan atau mengimplementasikan materinya pada bullet journal ?
Mari kita bahas satu per satu.
1. Bagaimana memproses materinya.
Diagram getting things done (create : simplemind) |
Gambar diatas adalah proses bagaimana GTD dilakukan.
Getting things done : berisi tentang ide2, tasks, project atau apapun yang saat itu ada dikepala kita.
In basket / project list in : proses dimana segala sesuatu yang ingin kita kerjakan tersebut kita kumpulkan dan kita tulis, atau para bullet journalist biasa menyebutnya brainstorming. Dalam proses ini kita bisa menggunakan mind map untuk mendapatkan detail yang kita perlukan. Ataupun sekedar membuat list sebanyak-banyaknya diatas kertas.
Pada saat brainstorming ini yang perlu kita perhatikan adalah :
- Membiarkan pikiran kita mengalir begitu saja, apapun ide yang ada dikepala, kita keluarkan. Tidak perlu dilabel, dievaluasi apalagi dikritisi. Seremeh apapun pikiran kita, Misal : rajin minum air putih. Tulis saja.
- Tulis sebanyak-banyaknya ide. Meskipun tak berkualitas.
- Nah.. Saatnya menganalisa dan mengorganisir atau mengelompokan ide-ide tersebut. (Pengelompokan sesuai dengan kebutuhan masing, saya mengelompokannya berdasarkan pekerjaan yang saya lakukan tiap hari, seminggu sekali atau pun 1 bulan sekali untuk mempermudah proses pelabelan nantinya).
2. Bagaimana memberikan label ?
Setelah kita brainstorming pada proses project list in atau brainstorming, tahap selanjutnya adalah memberi label pada tiap-tiap task tersebut.
Setiap hasil dari brainstorming kita berikan pertanyaan.
· Apakah ide ini bisa dilaksanakan sekarang atau tidak ?
Jika jawaban iya,
Artinya project tersebut masuk kedalam project planning kita dan kita membuat rencana aksi (small actions) untuk mencapai target tersebut.
· Apakah pekerjaan ini butuh waktu lama atau kurang 2 menit ?
1. Jika pekerjaan itu hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 menit, maka kita bisa langsung mengerjakannya tanpa harus membuat planningnya terlebih dahulu.
Misal :
- fotokopi 1 lembar.
- mengelap meja.
- buang sampah.
Dll.
2. Jika pekerjaan itu pengerjaannya lebih dari 2 menit, ada 2 pilihan yang bisa dilakukan :
- delegate (waiting for): mendelegasikan ke orang lain (atau meminta orang lain mengerjakannya/pekerjaan yang melibatkan orang lain)
- defer it : mengerjakannya dilain hari. Dengan membuat schedule khusus pada kalendar, atau masuk ke dalam next action list.
Jika jawaban tidak,
Ada 3 label yang bisa kita berikan.
- Trash artinya dibuang atau tidak dikerjakan sama sekali.
- Someday/maybe list yaitu ide yang ingin kita kerjakan tapi tidak untuk saat ini (waktu belum ditentukan/kelak).
- Reference (referensi, project yang bisa masuk action list jika diperlukan/mendukung atau bisa menjadi plan B)
Nah jika sudah memberikan label :
1. Action list
2. Trash
3. Someday/maybe list
4. Reference
5. Delegate (waiting for)
6. Defer it
Saatnya kita melaksanakanya pada bullet journal kita.
GTD dalam Bullet Journal |
Gambar diatas adalah contoh layout saya pada bullet journal.
Sebelah kiri adalah daftar project yang ingin saya kerjakan minggu ini. Saya buat list sebanyak-banyaknya.
Saya sengaja memberikan area kosong pada halaman tersebut. Fungsinya untuk mencatat project baru yang muncul diminggu itu.
Kode warna kuning adalah project yang ingin saya eksekusi di minggu ini (saya menyebutnya action list). Setelah memberi tanda pada masing2 project mana yang ingin saya kerjakan di minggu ini, kemudian saya membuat action list seperti contoh di sebelah kanan.
Ada 2 kelompok disebelah kanan :
1. Kelompok "the power of 15 minutes" yaitu kelompok yang saya kerjakan setiap hari selama 15 menit.
2. Kelompok "recurring task" yaitu kumpulan pekerjaan yang sebagian saya lakukan tiap hari dalam seminggu tanpa batas waktu, ataupun project yang ingin saya kerjakan di minggu itu.
3. Bagian tabel dibawah adalah data tracker untuk sosial media saya.
Pada GTD terdapat review yang dilakukan setiap minggunya (weekly review). Pada tahap review inilah nantinya kita akan memberikan label baru pada project list untuk minggu berikutnya. Artinya proses kembali ke awal lagi.
Pemberian label baru:
- Action list
- Trash
- Someday/maybe list
- Reference
- Delegate (waiting for)
- Defer it.
Begitu seterusnya...
Itulah tadi penjelasan singkat tentang GTD tahap awal. Haha..
Kenapa tahap awal ?
Karena makin kita mengenal prosesnya, kita juga akan berkembang. Semoga nanti jika ada perkembangan ditahap berikutnya, saya bisa menjelaskannya lagi dengan baik.
Jika ada pertanyaan ataupun diskusi, silahkan meninggalkan komentar dibawah ini. Atau teman-teman juga bisa mengakses penjelasan melalui video saya ini :
Terima kasih sudah membaca.. Sampai jumpa di postingan berikutnya. Jangan lupa subscribe untuk uptode postingan blog, youtube untuk penjelasan visual, instagram untuk daily activities, pinterest untuk ide kreatif lainnya.
Social Plugin